Sepenting itu kah circle?

Ada hal yang ku yakini, bahkan untuk saat ini...
Tentang hidup seorang manusia yang tak pernah tercipta seorang diri, tapi selalu dituntut untuk hidup mandiri...
Hingga society memberi standar seakan-akan manusia tak pernah sadar...

     Sebagai makhluk sosial naluri manusia selalu ingin berkelompok dengan manusia lainnya. Tapi haruskah ia terjebak dalam sebuah circle? Dengan berbagai drama yang selalu monoton dan tak pernah habis untuk ditonton?
       Entah sudah berapa banyak, orang-orang yang aku lihat mereka tidak benar-benar bahagia ketika berada dalam sebuah circle. Merasa hadir tapi tak dianggap, mereka selalu merasa insecure ketika jalan bersama, atau tentang hal-hal sepele seperti menanyakan pada diri sendiri, apakah aku adalah bagian dari mereka???
Yaaa, aneh rasanya, sebuah circle sosial yang harusnya dapat membuat manusia bahagia dan merasa nyaman, tapi kemudian malah membuat manusia semakin merasa depresi yang menjadi-jadi...
      Satu dari mereka merasa bosan lalu menghilang karena merasa terbelakang, dan satu dari mereka merasa depresi dan memilih untuk mengasingkan diri. Lagi-lagi ini aneh..
       Meski kebosanan memang serupa dengan depresi karena keduanya berada pada keadaan tidak senang dan kurang gairah. Namun faktor dari dua keadaan  ini berbeda, kalau kata Danckert yang sudah meneliti tentang kebosanan, depresi cenderung melibatkan perasaan negatif yang berasal dari dalam diri. Sementara, kebosanan berhubungan dengan perasaan negatif karena kurangnya rangsangan dari luar.
       Lalu jika seperti itu, kenapa mereka tidak berusaha mengurangi faktornya? Jika benar depresi, kenapa tidak keluar dari circle itu, dan mencoba mencari banyak relasi siapa tau bisa mendapatkan yang pas di hati, atau jika memang bosan, kenapa tidak mencoba melatih self control? Melakukan hal-hal baru bersama contohnya. Aku rasa itu semua akan lebih baik dibandingkan terus menyiksa diri, menyalahkan diri sendiri, atau terlalu lama mengasingkan diri...
     Membahas tentang circle tiba-tiba aku teringat sebuah kalimat sederhana yang kelihatan biasa, tapi aku rasa punya sejuta makna. kalimat yang keluar dari ucapan guru sejarahku dahulu tapi yang ku amati masih berlaku hingga sekarang...

       "Di awal peradaban manusia purba, manusia bertahan hidup dengan cara nomaden (berpindah-pindah), dari tempat satu ketempat yang lainnya demi mencari daerah dengan sumber daya alam (pasokan makanan) yang memadai"

         Karena kalimat ini aku jadi berpikir sekali lagi, ternyata manusia memang harus survive untuk hidup dengan berpindah-pindah, bukan hanya untuk makan, mencari tempat tinggal, pekerjaan atau lain sebagainya. Namun, manusia juga harus berpindah dari satu circle ke circle yang lain, dari satu keadaan ke keadaan lain. Bukankah semakin banyak teman maka semakin banyak ilmu ya? Jika kamu punya teman baik satu, ketika berpindah-pindah maka kamu akan punya lebih banyak lagi teman baik yang lain bukan? Yaaa walaupun tak 100% sepertinya :)) jika tak sanggup berpindah circle maka kamu harus berpindah keadaan tidak harus setiap hari, cukup lakukan hal-hal baru sekali-kali, karena rasa bosan bisa datang tanpa permisi hehehe...
          Intinya jangan pernah sendiri! bagaikan setangkai sapu lidi, begitulah kamu ketika seorang diri, terlalu rapuh dan mudah dipatahkan....
       
       

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak pertama itu bukan Superman

Tentang menjadi bodo amat

Semoga semua berakhir di aku yaa